Liberalisme berasal dari bahasa latin yaitu Libertas artinya adalah kebebasan. Secara harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. (Adams, 2004:20). Dalam encyclopedia Britannica, liberalisme dapat dibagi dalam tiga masa, yaitu: masa pertama dari abad ke 17 sampai pertengahan abad ke-18, masa kedua pada pertengahan abad ke 18 sampai akhir abad k 19, dan masa ketiga adalah pada pertengahan abad ke 19 sampai abad ke 20.
Sebenarnya, gagasan pemikiran liberalisme ini muncul jauh sebelum abad ke 17 yaitu pada tiga abad pertama masehi, agama kristen mengalami penindasan oleh Romawi sejak kekaisaran Nero. Pada waktu iru, bahkan kaisar Neropun sampai memproklamirkan bahwa agama kristen sebagai suatu kejahatan. Dari sini muncullah gagasan pemikiran liberalisme. Karena pada waktu itu mungkin umat kristen merasa tertekan dan membutuhkan ketenangan serta kebebasan. Karena sejalan dengan apa yang dikatakan dalam Injil Matius bahwa “ berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan” . dari sini dapat kita simpulkan bahwa mereka perlulah kebebasan. Buktinya, berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar. Dari kata-katanya saja kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya kita ini harus memiliki apa yang menjadi milik kita, yang artinya bebas. dan kebebasanpun sesungguhnya menjadi hak milik kita yang harus diberikan kepada kita.
Kemudian tingkat kepopuleritasan faham liberal ini bermula pada abad XVII. Pada abad ke 17 sampai perang dunia satu ini biasa-biasa saja. karena pada abad ke 17 ini liberalisme mulai dikenal. Sebenarnya bukan dikenalkan tetapi pada abad 17 ini (yang disebut enligtenment) atau abad pencerahan ini, perintah untuk memisahkan agama dari kehidupan semakin mengkristal tokohnya Montesquieu (w. 1755), Voltaire (w. 1778), dan Rousseau (1778). Puncak penentangan terhadap Gereja ini adalah Revolusi Perancis tahun 1789 yang secara total akhirnya memisahkan Gereja dari masyarakat, negara, dan politik. (Qashash, 1995:30-31). Sejak itulah lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi seluruh konsep ideologi dan peradaban Barat.
Kemudian sejak perang dunia ke satu sampai perang dunia ke dua, liberalisme begitu meningkat kepopulerannya. Karena mungkin dalam peperangan ini sudah terlihat banyak sekali liberalisme-liberalisme yang tersirat maupun tersurat dalam peperangan serta kegiatan sehari-hari selama kegiatan perang itu berlangsung. Setelah perang dunia ke dua, tingkat kepopulerannya menurun dan kemudian meningkat lagi pada sep-11, dan menurun lagi sekarang.