Lion and Fox Machiavelli

Haduh, Malam ini nampaknya fajar belum terbangun. Eh yang indahnya lagi mati lampu. so, dari pada nge-galau gak jelas. mending belajar tentang Realisme yu ah..

Lion and Fox (Machiavelli)

by : Sri Maryati

170210110011/A

Realis merupakan faham yang mempunyai anggapan bahwa manusia itu bersifat pesimis dan juga buruk. Tidak seperti halnya Realis, idealis menganggap bahwa semua manusia itu bersifat baik. padahal pada kenyataannya memang tidak semua manusia itu baik. Terkadang manusia membuat suatu masalah yang akhirnya menyebabkan perang. Idealis itu terlalu mengagung-ngagungkan sebuah mimpi yang sebenarnya belum tentu dapat tercapai oleh kita. sedangkan realis itu hanya menekankan pada hal-hal yang real-nya saja. pada dasarnya pemikiran realis ini berjalan dengan asumsi bahea politik dunia itu berkembang dalam anarki internasional : yaitu sebuah sistem tanpa adanya kekuasaan yang berlebihan kemudian tidak ada pemerintahan dunia. Jadi dunia ini berjalan seperti apa adanya, tanpa adanya sebuah pemimpin tunggal atau sebuah pemerintahan atau kekuasaan lainnya di dunia internasional. Meski negara-negara di dunia ini banyak, tapi bukan berarti harus ada sebuah pemerintahan untuk mengatur negara-negara tersebut.

Nah, dalam hal ini juga perang merupakan salah satu ide dan asumsi dasar dari realis, yaitu pada dasarnya hubungan internasional itu merupakan konfliktual dan yang menjadi pengakhir atau penyelesai dari hal ini yaitu dengan perang. Jadi saking jahatnya manusia maka tidak ada hal lainnya lagi kecuali perang untuk menyelesaikan konflik suatu bangsa dengan bangsa yang lain itu. selain itu, yang menjadi ide atau asumsi dasar dari realis ini yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan keamanan suatu bangsa kemudian skeptisime sebagai dasar tentang kemajuan politik internasional[1].

Diantara tokoh-tokoh serta konsep yang lain, yang paling saya suka adalah konsep Machiavelli dalam bukunya ”The Prince”, bahwa seorang pemimpin itu harus seperti singa dan juga seperti srigala.

Seorang penguasa dikatakan harus menjadi seperti singa, karena dalam hal sebuah negara  itu harus mempunyai kekuatan layaknya seekor singa yang ditakuti oleh seluruh penghuni hutannya sebab jika suatu negara itu dikatakan lemah maka negara tersebut bisa menjadi bahan jajahan atau akan dihancurkan oleh negara lain. Kemudian, seorang penguasapun harus menjadi seekor rubah. Karena untuk menjadi sebuah negara yang dapat ditakuti oleh negara lain, kita harus cerdik bahkan kalau perlu harus menjadi seorang penguasa yang kejam dalam mengejar kepentingannya sendiri. Karena kalau misalnya seorang penguasa dalam sebuah negara itu tidak cerdik, maka akan dapat dibohongi oleh negara lain, kalah bersaing dalam segala hal dan lain sebagainya.

Kemudian, terkadang buku machiavelli ini menggambarkan sebuah kisah yang memang sangat patut sekali untuk kita contoh. Karena dalam hal ini diceritakan tentang perjuangan-perjuangan didalam sebuah negara yang kacau balau serta carut marut. Namun ternyata karya machiavelli ini menjadi sebuah pertentangan atau bahkan dianggap sebagai buku yang menyesatkan karena dalam buku ini tidak diceritakan tentang kelepastanganan seorang pemimpin atau pelepasan tanggung jawab seorang penguasa mengabaikan tanggung-jawab. Penguasa tidak hanya bagi mereka sendiri atau bagi rejim personalnya tetapi juga bagi negeri dan warganegaranya: apa yang

dianggap Machiavelli, membayangkan Florence sebagai ‘republik’.

Dalam hal ini, maka sisi baik yang dapat kita ambil dari konsep ini adalah seorang penguasa itu harus menjadi seperti sosok seorang singa dan rubah karena dalam hal ini masyarakat tergantung pada penguasanya. Khususnya dalam hal kebijakan luar negeri. Karena jika politik dalam suatu negara itu buruk maka tidak menutup kemungkinan bahwa rakyatnyapun buruk.


[1] Simaboera, Refrizon. 2007.“Realisme Klasik dan Non-Klasik”. astarizon.com. hal. 1.

Tinggalkan komentar